Thursday, April 16, 2009

Penglihatan Yang Membahagiakan




PENGLIHATAN YANG MEMBAHAGIAKAN

“dan mereka akan melihat wajah-Nya, dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka”
( Why 22:4)

Ini merupakan harapan tertinggi tentang sorga. Ini menggambarkan apa yang disebut teolog sebagai “penglihatan yang membahagiakan”. Penglihatan yang membahagiakan merupakan suatu pemandangan yang menimbulkan kegembiraan mendalam. Ini merupakan berkat dan kebahagiaan untuk setiap orang yang diciptakan. Kehampaan yang menghantui jiwa manusia akhirnya terisi.

“ Mereka akan melihat wajah-Nya”. Tidak ada lagi masalah yang lebih sulit menghampiri kehidupan iman selain dipanggil untuk melayani dan beribadah pada Allah yang sama sekali tidak terlihat. Peribahasa “ jauh dimata, jauh dihati” tidak terasa lagi artinya kalau berbicara tentang kasih sayang. Kita ingin memandikan mata kita dalam kemegahan kemuliaan-Nya. Kita menginginkan Dia untuk mengangkat cahaya wajah-Nya kepada kita. Kita merindukan Dia untuk mengerahkan wajah-Nya untuk bersinar terhadap kita.

Dalam Perjanjian Lama kita punya catatan tentang apa yang disebut teofani-teofani. Teofani adalah suatu wujud penglihatan tentang Allah yang tidak tampak. Musa melihat suatu semak yang terbakar tapi tidak musnah. Anak-anak Israel melihat tiang awan. Teofani-teofani ini masih mempertahankan suatu selubung pada wajah Allah. Dalam Surat Rasul Pertama Yohanes, rasul itu menulis,

“Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya”
( 1 Yoh 3:1-2 )

Yohanes memperkenalkan penglihatannya yang membahagiakan. Dia menyatakan kekagumannya yang mendalam bahwa kita akan disebut anak-anak Allah. Sifat kasih yang penting itulah yang menggerakkan Bapa menyebut kita anak-anak-Nya. Kita sebenarnya tidak cukup berharga untuk mendapat sebutan seperti itu. Dasar-dasar untuk itu tidak dijumpai sedikitpun pada diri kita. Satu-satunya alasan yang memungkinkan kita disebut sebagai anak-anak Allah semata-mata hanya karena kasih Allah.

Yohanes selanjutnya mengakui bahwa kita belum tahu seperti apa bentuk kita nanti. Kaca masih gelap. Masa depan masih diliputi awan. Tetapi satu hal kita tahu pasti, bahwa kelak “ kita akan seperti Dia”.

Ironis bahwa sebagai mahluk-mahluk Allah kita diciptakan sesuai dengan gambar-Nya. Maksud ciptaan Allah terhadap manusia adalah agar kita menjadi cermin dan memantulkan sifat mendalam Allah. Tapi, dalam kenyataanya kita jatuh ke dalam dosa. Gambaran Allah itu telah di nodai. Sebagai gambar Allah kita menjadi gambar yang membohongi. Gambar itu dirusak. Tidak ada lagi yang lebih khas tentang manusia selain bahwa kita berbuat dosa. Dalam dosa kita memperlihatkan persis apa yang tidak dikehendaki Allah. Kalau dosa secara bersama hilang dari kita maka kita akan menjadi gambar otentik Allah kita. Kita akan seperti Dia.

Yohanes tidak mengatakan pada kita urutan persis peristiwa-peristiwa itu. Apakah mula-mula kita dimurnikan agar memungkinkan melihat Allah, ataukah penglihatan tentang Allah yang tidak terselubung akan merupakan pengalaman yang langsung memurnikan kita ? Saya tidak tahu pasti, mana yang duluan. Tapi, saya menduga yang pertamalah yang terjadi. Janji Yesus dalam kotbah di atas bukit adalah “ Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” ( Mat 5 :8). Prasyarat mutlak untuk melihat wajah Allah adalah pemurnian hati. Masalahnya bukan pada kedua mata kita, tapi pada hati kita. Hanya kalau kita dimuliakan di sorga maka kita layak untuk melihat Allah. Karena itu, saya berpendapat bahwa sebelum kita “melihat Dia sebagaimana Dia” maka sisa-sisa pengotoran harus dibersihkan sama sekali dari hati kita.

Melihat wajah Allah adalah pengharapan terakhir orang-orang Kristen. Kalau kita melihat wajah Allah maka semua kenangan kepahitan dan penderitaan akan lenyap. Jiwa kita akan disembuhkan.

Allah akan meletakkan nama-Nya di dahi kita. Bilangan anti Kristus tidak akan ada disana. Kita akan ditandai dengan sebuah nama yang tidak terhapuskan, yang akan mengidentifikasikan kita untuk selamanya sebagai anak-anak Allah.

“Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.Lalu Ia berkata kepadaku: "Perkataan-perkataan ini tepat dan benar, dan Tuhan, Allah yang memberi roh kepada para nabi, telah mengutus malaikat-Nya untuk menunjukkan kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi." ( Why 22 : 5-6 )

Kata-kata ini merupakan puncak penglihatan Yohanes ke dalam kamar-kamar rahasia sorga. Sekali lagi dia menekankan lenyapnya semua kegelapan. Allah akan memandikan umat-Nya dalam cahaya untuk selamanya. Mereka yang merupakan milik-Nya akan menerima warisan penuh mereka. Mereka akan mendengar Dia mengatakan : “ Mari, yang Kukasihi, warisi kerajaan yang sudah disediakan bagimu dari sejak awal “.

Janji ini merupakan suatu janji yang menghilangkan semua keraguan tentang rasa sakit dan penderitaan kita sekarang. Janji inilah yang memberikan perbandingan bahwa penderitaan-penderitaan yang kita alami dalam kehidupan ini tidak ada artinya jika kita bandingkan dengan kemuliaan yang disediakan Allah bagi kita di sorga. Janji inilah yang dimeteraikan oleh sumpah Ilahi bahwa penderitaan kita tidak akan sia-sia.

Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment

We Love Israel

We  Love Israel




Informasi Lowongan Kerja